Selasa, 18 September 2012

Masuk Islam, Mualaf China Rasakan Ketenangan



ISLAM adalah agama yang memberikan ketenangan bagi setiap pemeluknya. Setidaknya, hal itu dirasakan muallaf keturunan China, Muhammad Sucipto. Kini, lelaki berkulit putih dan bermata sipit ini merasakan hidupnya lebih tenang dan bahagia dari sebelumnya.

“Setelah masuk Islam, kini saya merasakan hidup saya lebih tenang dan bahagia,” ujarnya kepada hidayatullah.com beberapa waktu lalu.

Sucipto menjelaskan, dulu hidupnya seolah tak punya arti. Sehari-hari yang dipikir hanya uang dan uang.

“Padahal, hidup itu tidak sebatas itu. Ada hak penghambaan kepada Sang Khaliq,” tuturnya.

Karena itu, meski hidup cukup bergelimang harta sebagai pemilik bengkel di Kota Sanggau Kalimantan Barat (Kalbar), tapi yang dirasa justru gundah-gulana, tak ada kebahagiaan. Hingga akhirnya hidayah itu datang ketika ia ditimpa musibah.

“Saya masuk Islam tidak lama setelah saya kecelakaan sangat parah,” ujarnya.

Boleh dibilang, kecelakaan yang menimpanya cukup parah. Ia mengalami koma selama sepekan dan hampir dirawat dua bulan lamannya.

Di saat-saat kritisnya itu, ia mendapat hidayah bahwa Islam agama yang paling benar dan kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.

“Syukurlah musibah ini menjadi titik balik untuk kembali ke Islam,” terangnya. Kini, selain Sucipto, seluruh keluarganya ikut masuk Islam, termasuk istri dan anak-anaknya.

Guna menambah pengetahuan agamanya, selain belajar dengan ustadz, ia banyak belajar secara otodidak di internet.

Sepeti usai magrib menjelasng isya itu, Sucipto duduk di sudut masjid Agung Sanggau sambil sibuk membaca tema-tema keislaman melalui HP-nya.*